Rabu, 08 Mei 2013

9. Manajemen Keperawatan


MANAJEMEN KEPERAWATAN

I.    MANAJEMEN KEPERAWATAN
A.   PENDAHULUAN         
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya keperawatan. Fungsi-fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan ( Depkes RI, 1994 ). Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana.
B.   PENGERTIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pengertian manajemen keperawatan mengacu pada pengertian manajemen secara umum. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, masyarakat (Gillies,1999 ).
C.   LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Menurut Korn ( 1987 ), yang termasuk lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
1.    Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah, dan manajemen bawah.
Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat berhasil dalam penatalaksanaan kegiatannya:
1.    Kemampuan menerapkan pengetahuan
2.    Keterampilan kepemimpinan
3.    Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2.    Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian. ( Loveridge & Cumming, 1996 ).

D.   PRINSIP – PRINSIP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :
1.    Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan
2.    Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
3.    Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
4.    Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
5.    Manajemen keperawatan harus terorganisir
6.    Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
7.    Divisi keperawatan yang baik
8.    Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
9.    Pengembangan staf
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

E.   SISTEM PENGORGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ( MODALITAS PRAKTIK KEPERAWATAN )
1.    Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda dalam merawat setiap pasien.
2.    Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidiksn yang berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien.
3.    Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab memberi perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak pasien masuk sampai pulang.
4.    Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien ( total patient care )
F.    SISTEM KLAFISIFIKASI PASIEN
1.    Berdasarkan keputusan Askep:
a.    Perawat intensif
b.    Modifikasi perawatan intensif
c.    Intermediate
d.    Perawatan minimal
2.    Berdasarkan kondisi pasien:
Minimal, moderate, aktif, intensive, kritis
3.    Berdasarkan Askep skore:
a.    Observasi dan monitoring
b.    Perawatan diri
c.    Makan dan minum
d.    Terapi somatik
e.    Terapi modalitas dan Penkes
4.    Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketegantungan
a.    Perawatan minimal
b.    Perawatan intermediet
c.    Perawatan maksimal/total

G.   FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN
a.    Perencanaan
Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara untuk sasaran tersebut
b.    Pengorganisasian
Adalah seluruh proses pengelompokan tugas-tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab, penetapan orang dan alat-alat.
c.    Pengarahan
Adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi.
d.    Pengawasan dan Pengendalian
Suatu proses kegiatan seorang pemimpin untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan (Wijono, 1997).

H.   KERANGKA KONSEP, FILOSOFI, TUJUAN DAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN
1.    Kerangka Konsep
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, perawat, kesehatan dan lingkungan dengan merumuskan kerangka konsep menjadi kerangka kerja untuk menunjang praktek keperawatan dan merupakan keyakinan dasar dari tim perawatan.
2.    Filosofi Manajemen Keperawatan
Filosofi manajemen keperawatan adalah kerjasama yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi.
3.    Tujuan Manajemen Pelayanan Keperawatan
Mengacu pada tujuan peningkatan metode kerja dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
4.    Standar Pelayanan KeperawatanStandar pelayanan keperawatan mencerminkan kualitas pelayanan keperawatan untuk menentukan tingkat kualitas pelayanan yang dicapai
Jenis Standar yaitu :
·         Standar Normatif yang menggambarkan praktek yang dinilai baik/ideal oleh beberapa kelompok yang berwenang.
·         Standar Empiris menggambarkan praktek yang sebenarnya diamati dari dalam sejumlah besar lingkungan perawat klien
Standar Normatif dan Standar Empiris diaplikasikan dalam penerapan beberapa standar yaitu :
a.    Standar Praktek Keperawatan yang terdiri dari :
1.    Standar Praktek Profesional terdiri dari beberapa standar :
·         Standar I, pengkajian keperawatan
·         Standar II, diagnosa keperawatan
·         Standar III, perencanaan
·         Standar IV, pelaksanaan
·         Standar V, evaluasi
2.    Standar Kinerja Profesional
·         Standar I, jaminan mutu
·         Standar II, pendidikan
·         Standar III, penilaian kinerja
·         Standar IV, kesejawatan
·         Standar V, etik
·         Standar VI, kolaborasi
·         Standar VII, penelitian
·         Standar VIII, pemanfaatan sumber-sumber
b.    Standar Fasilitas Kesehatan
c.    Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan mempunyai tiga tujuan yaitu, meningkatkan mutu asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan  dan memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan.

II.   KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

A.   PENDAHULUAN
Dalam menjalankan fungsi manajerial pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga, menjalin hubungan yang efektif  dan terapeutik dengan atasan, staf dan tim kesehatan lainnya dan mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak melakukan kegiatan sesuai rencana sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan.
B.   PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan orang lain untuk brtbuat sesuatu demi mencapai tujuan institusi. Sedangkan manajemen merupakan proses perencanaan,  pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Jadi  pada hakekatnya manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan dilakukan dengan cara bersamaan.
C.   PERAN PEMIMIPIN DALAM KELOMPOK
1.    Sebagai penghubung interpersonal
2.    Sebagai penginformasi.
3.    Sebagai pengambil keputusan.
4.    Inovator/pembaharu.
D.   FUNGSI DAN TUGAS PIMPINAN
1.    Orientasi tugas, merencanakan dan mengorganisasi, menyediakan informasi, membuat penugasan, bertanggung jawab atas pekerjaannya, kooperatif dan mengevaluasi hasil.
2.    Orientasi HAM, memberi dorongan dengan sikap bersahabat, mengungkapkan perasaan yang dialami, mendamaikan, memperlancar dan menentukan aturan main.
E.   KETERAMPILAN DALAM KEPEMIMPINAN
1.    Keterampilan teknis, kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas teknis.
2.    Keterampilan konseptual, kesanggupan untuk mengkonsep, melihat usaha dan menganalisa.
3.    Keterampilan hubungan antar manusia, kesanggupan untuk bekerjasama dengan orang lain.
F.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMIPINAN
1.    Karakteristik pribadi.
2.    Kelompok yang dipimpin.
3.    Situasi yang dihadapi baik manusia, fisik maupun waktu.
G.   GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan, dapata diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu:
1.    Perilaku
a.    Kepemimpinan positif, mempunyai pandangan bahwa orang pada hakekatnya bersedia melakukan pekerjaan dengan baik bila diberi kesempatan dan dorongan yang cukup.
b.    Kepemimpinan negatif, mempunyai pandangan bahwa orang harus dipaksa bekerja dengan menciptakan rasa takut.
2.    Kekuasaan dan wewenang:
a.    Otoritas, berorientasi pada tugas, menggunakan posisi dan power dalam memimpin.
b.    Demokrasi, menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.
c.    Partisipatif, gabungan antara otoritas dan demokratik.
d.    Bebas tindak ( Laissez-Faire ), pimpinan hanya offisial karyawan menentukan kegiatan sendiri tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi.
3.    Situasi yang dihadapi
Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan memberikan pengarahan atau perintah dan memberi dukungan dalam menjalin hubungan antara atasan dan bawahan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Adapun perilaku pimpinan terhadap perilaku bawahan :
a.     Proses pemerintah dimana perilaku pimpinan yang sangat mengarahkan dan kurang memberikan dorongan ( S1 ).
b.    Proses mengajak dimana perilaku pimpinan yang sangat mengarahkan dan sangat memberikan dorongan ( S2 ).
c.    Proses melibatkan dimana perilaku pimpinan yang kurang mengarahkan dan banyak memberikan dorongan ( S3 ).
d.    Proses menlimpahkan dimana perilaku pimpinan yang kurang  mengarahkan dan kurang memberikan dorongan ( S4 ).
Tahap perkembangan digambarkan sebagai suatu gariskontinum dan dibagi dalam 4 tingkatan :
1.    Tingkat rendah ( D1 )                            : tidak mampu dan tidak mau
2.    Tingkat rendah ke sedang ( D2 )        : tidak mampu tapi mau
3.    Tingkat sedang ke tinggi ( D3 )           : mampu tapi tidak mau
4.    Tingkat tinggi ( D4 )                               : mampu dan mau  
Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan tahap perkembangan :
1.    Bila bawahan D1, maka gaya kepemimipinan S1
2.    Bila bawahan D2, maka gaya kepemimipinan S2
3.    Bila bawahan D3, maka gaya kepemimipinan S3
4.    Bila bawahan D4, maka gaya kepemimipinan S4








III. KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN

A.   PENDAHULUAN
Komunikasi dalam keperawatan merupakan pendekatan terencana dan dipakai secara sadar untuk mempengaruhi orang lain seperti staf perawatan, pasien dan keluarganya, tim kesehatan lainnya. Keterampilan berkomunikasi yang baik merupakan keterampilan utama dan sangat penting bagi seorang pimpinan keperawatan. Keberhasilan seseorang pimpinan sebagian besar tergantung pada kemampuan berkomunikasi termasuk bertukar pikiran dan akan lebih efektif apabila dilakukan secara langsung, tatap muka, komunikasi dua arah dengan sikap yang baik.
B.   PROSES KOMUNIKASI
Ada lima komponen yang harus diperhatikan oleh pimpinan keperawatan yaitu :
1.    Pengirim berita (komunikator), pihak yang menyampaikan berita, laporan dan saran-saran.
2.    Penerima berita (komunikan), orang yang dituju.
3.    Berita (pesan), yang disampaikan seperti perintah dan saran-saran.
4.    Sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan berita seperti tulisan, telepon, radio, televisi, dll.
5.    Umpan balik atau tanggapan dari penerima berita.
C.   PESAN YANG DISAMPAIKAN BISA VERBAL MAUPUN NON VERBAL
1.    Komunikasi verbal, merupakan usaha yang disadari untuk memilih kata-kata yang akan dipakainya.Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tulisan dan kombinasi antara keduanya.
2.    Komunikasi non verbal
·         Vokal, nada suara, kualitas, kecepatan yang semuanya menggambarkan suasana emosi.
·         Gerakan dan ekspresi wajah dapat diartikan suasana hati.
·         Komunikasi yang intim lebih atau sama dengan 45,4 cm ; komunikasi personal 45,5-120 cm.
·         Sentuhan sangat penting untuk memberikan dorongan mental, tetapi perlu dipertimbangkan budaya dan kebiasaan.
D.   CARA MEMBINA HUBUNGAN YANG EFEKTIF DAN TERAPEUTIK
Menurut Rogers hubungan yang sehat ditandai dengan komunikasi saling terbuka, menerima orang lain sebagai individu yang berharga dan empati yang mendalam.Konflik internal dan eksternal yang tidak terselesaikan dengan baik akan mengganggu kesehatan mental, akibat lebih lanjut kestabilan dan penyesuaian diri dapat tearganggu.
E.   KEBIASAAN MEMPERSIAPKAN DIRI ATAU CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI
Kebiasaan dan keterampilan dalam  meningkatkan  kesadaran diri tidak akan efektif apabila tidak ada keinginan secara terus menerus untuk mengerti dan memahami orang lain.
F.    KOMUNIKASI ASERTIF
1.   Pengertian
Adalah kemampuan menyampaikan secara tepat baik pikiran dan perasaan seseorang dengan tetap menghormati dan menghargai hak dan martabat orang lain.
2.  Cara melakukan komunikasi asertif
Keterampilan untuk menyatakan diri secara nyata, tulus untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap mendengar dan menghargai orang lain.Tingkah laku tidak terjadi secara otomatis tetapi melalui latihan dan belajar yang lambat laun akan menjadi kebiasaan.
3.  Gaya pimpinan yang asertif
Ditandai dengan memperhatikan karyawan dengan menghargai orang lain, membimbing karyawan, berpikir secara analitis, berpenampilan ekspresif dan mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya.
4.  Faktor yang mempengaruhi sikap asertif
Konsep diri dari pimpinan untuk dapat menggunakan dirinya secara efektif,, memahami dan membuka diri.

IV.SUPERVISI KEPERAWATAN

A.   PENGERTIAN SUPERVISI
Supervisi merupakan proses berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki penampilan kerja tenaga keperawatan dalam membearikan asuhan keperawatan melalui perencanaan, pengarahan, bimbingan dan evaluasi.
B.   TUJUAN SUPERVISI
1.    Untuk  inspeksi, mengavaluasi dan meningkatkan hasil kerja/prestasi kerja
2.    Untuk membimbing/membina tenaga perawat secara individu
3.    Untuk memfasilitasi penggunaan sumber-sumber dalam pelaksanaan tugas
4.    Untuk melatih tenaga kerja yang kurang disiplin
5.    Untuk memberikan bantuan kepada bawahan
C.   UNSUR POKOK SUPERVISI
1.    Pelaksana
2.    Sasaran
3.    Frekuensi
4.    Tujuan
5.    Teknik
D.   PENYELIA KEPERAWATAN
Yang termasuk penyelia keperawatan/supervisor adalah :
1.    Kepala ruangan
2.    Pengawas keperawatan
3.    Kepala seksi bidang keperawatan
4.    Kepala bidang keperawatan
E.   KOMPETENSI SESEORANG SUPERVISOR
Supervisor harus memiliki kemampuan dalam hal :
1.    Memberikan pengarahan dan petunjuk yang  jelas
2.    Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan
3.    Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf/pelaksana keperawatan
4.    Proses dinamika kelompok
5.    Memberikan bimbingan dan latihan
6.    Memberikan penilaian terhadap hasil kerja perawat
7.    Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan dan pendokumentasian lebih baik
F.    TEKNIK/CARA SUPERVISI
1.    Langsung, dimana supervisi dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai petunjuk. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan dengan langsung pada saat supervisi.
2.    Tidak langsung, dimana suprvisi dilakukan melalui tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.
3.    Kolaboratif, dimana supervisi dilakukan dengan memadukan supervisi langsung dengan tidak langsung. Supervisor dan yang disupervisi secara bersama-sama dalam memecahkan masalah yang dihadapai staf/perawat pelaksana.
G.   FREKUENSI  SUPERVISI KEPALA RUANGAN
Tugas rutin supervisor yang harus dilakukan setiap harinya adalah:
1.    Sebelum pertukaran shift  (15-30 menit)
2.    Pada waktu mulai shift ( 15-30 menit)
3.    Sepanjang hari dinas (6-7 jam)
4.    Sekali dalam sehari (15-30 menit)
5.    Sebelum pulang ke rumah (15 menit)
H.   PERAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN
Peran suprvisi kepala ruangan adalah tingkah laku kepala ruangan yang diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi.
1.    Peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana
Mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Agar dapat memproses pelaksanaan supervisi meliputi siapa yang disupervisi, apa tugasnya, kapan waktu supervisi, kenapa, bagaimana masalah tersebut sering terjadi.
2.    Peran supervisi kepala ruangan sebagai pengarah
Memberikan arahan kepada perawat pelaksana agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan serta kebijakan rumah sakit.
3.    Peran supervisi kepala ruangan sebagai pelatih
Harus terampil dalam mentransformasikan temuan atau tindakan pelayanan keperawatan yang baru sehingga melalui proses belajar kemungkinan akan mengubah pemikiran, gagasan, sikap, dan cara mengerjakan sesuatu.
4.    Peran supervisi kepala ruangan sebagai penilai
Melakukan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga penilaian dapat dilakukan secara efektif jika tujuannya spesifik terdapat standar penampilan kerja dan observasinya akurat.


MANAJEMEN KEPERAWATAN

A.    Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain (Gillies, 1989). Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

1.Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik, yang secara rinci dapat di uraikan  :
1)   Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
2)   Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3)   Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
4)   Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
5)   Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
Selain itu, dalam proses manajemen keperawatan mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
1)   Pengkajian
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit), tenaga keperawatan, administrasi, dan lain sebagainya. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam rangka pencapaian tujuan asuhan keperawatan.

2)   Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun strategi dalam upaya mencapai tujuan penerapan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan
3)   Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap pelaksanaan  dalam proses manajemen adalah bagaimana memimpin staf perawat untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
4)   Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf perawatan mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaannya.
Sebagai contoh kepala ruangan dalam melakukan peran sebagai manajer keperawatan, adalaha sebagai  berikut :
1)   Pengkajian
a)      Mengidentifikasi ratio perawat-pasien
b)      Mengidentifikasi sarana penunjang
c)      Menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat (misalnya metode Tim)
2)   Perencanaan
a)      Merencanakan jumlah tenaga dan fasilitas yang dibutuhkan
b)      Membentuk tim dan menetapkan ketua timnya
3)   Pelaksanaan
Sebagai penanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan profesional, yang dimulai dari timbang terima hingga pelaksanaan tindakan keperawatan.
4)   Evaluasi
Kepala ruangan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
a)      Menilai kemampuan dan pencapaian ketua tim
b)      Menilai pencapain tujuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawata pelaksana melalui ketua tim
c)      Memberikan umpan balik terhadap hasil yang dicapainya
d)     Merencanakan tindak lanjut


2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1)   Perencanaan (planning)
Perencanaan dimaksud mencakup :
a.    Gambaran apa yang akan dicapai
b.    Persiapan pencapaian tujuan
c.    Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d.   Persiapan tindakan-tindakan
e.    Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f.     Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
2)   Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3)   Pengendalian/ pengawasan (controlling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
4)   Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market.

3.    Prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan meliputi :
1)        Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2)        Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3)        Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4)        Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakni dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5)        Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6)        Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7)        Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8)        Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
9)        Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Sedangkan prinsip-prinsip manajemen menurut Fayol adalah :
1)        Division of work (pembagian pekerjaan)
2)        Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
3)        Discipline (disiplin)
4)        Unity of command (kesatuan komando)
5)        Unity of direction (kesatuan arah)
6)        Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)
7)        Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8)        Centralization (sentralisasi)
9)        Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
10)    Order (ketertiban)
11)    Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
12)    Equity (keadilan)
13)    Inisiative (prakarsa)
14)    Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


4.    Kerangka Konsep Manajemen Keperawatan.
Manajemen partisipasif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan :
1)        Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya.
2)        Jika informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat keputusan terbaik untuk dirinya sendiri.
3)        Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai oleh kelompok.
4)        Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara untuk mencapai tujuan kelompok.
5)        Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian tujuan.
6)        Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan.
7)        Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
8)        Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang profesional.
9)        Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupakan tujuan bersama untuk menetapkan tujuan bersama.

5.    Filosofi Manajemen Keperawatan.
1)        Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari esok.
2)        Manajer keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan.
3)        Peningkatan mutu kinerja perawat.
4)        Pendidikan berkelanjutan.
5)        Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai kesehatan optimal.
6)        Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
7)        Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan askep yang bermutu.
8)        Perawat adalah advokat pasien.
9)        Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.

6.    Peran Manajemen Keperawatan
Perawat profesional diharapkan menjadi manajer dan leader yang efektif dalam keperawatan.  Hal-hal yang harus dilakukan yang terkait perannya sebagai Manajer Keperawatan adalah kompetensi yang harus dimilikinya agar menjadi seorang leader yang efektif :
1)   Kepemimpinan
a.    Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubahan
b.    Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
c.    Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
d.   Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
e.    Melibatkan staf dalam pengembangan organisasi
f.     Fleksibilitas dalam pelaksanaan peraturan
2)   Pengambilan keputusan dan perencanaan
a.    Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
b.    Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
c.    Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
d.   Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi
e.    Meninterpretasi perubahan ekonomi staf
3)   Hubungan / Komunikasi
a.    Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staf
b.    Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi
c.    Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi
d.   Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi
4)   Anggaran
a.    Mengontrol budget
b.    Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
c.    Merencanakan anggaran tahunan ( 5 tahun )
d.   Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan
5)   Pengembangan
a.    Mengembangkan tim kerja yang efektif
b.    Mengembangkan hubungan profesional antar staf
c.    Memberikan umpan balik yang positif
d.   Menggunakan sistem mpemberian penghargaan yang baik
6)   Personaliti
a.    Mengambil keputusan yang tepat
b.    Mengelola stress individu
c.    Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
7)   Negosiasi
a.    Mengidentifikasi dan mengelola konflik
b.    Memfasilitasi perubahan
c.    Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan organisasi lain
d.   Mengklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
e.    Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok

7.    Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi :
1)        Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2)        Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3)        Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4)        Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5)        Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1)   Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a.    Manajemen puncak
b.    Manajemen menengah
c.    Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah
a.       Kemampuan menerapkan pengetahuan
b.      Ketrampilan kepemimpinan
c.       Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d.      Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2)   Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

8.    Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP
Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1)        Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.
2)        Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.
3)        Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
4)        Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.





8. Keperawatan Gerontik


Pengertian Keperawatan Gerontik
     
    Keperawatan Gerontik adalah  suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan  kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada   klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Lingkup Peran dan Tanggung Jawab
      
     Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.

Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor

Tanggung jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.

Sifat Pelayanan Gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)


Pembagian Lansia

DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun





KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling berhubungan satu sama lain
•Penyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Berkembang secara perlahan
•Gejala sering tidak jelas
•Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar),
sebagai berikut:
•Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %),
Daya ingat (69,39 %),
Sexual (58,04 %),
Kelenturan (53,23 %),
Gilut (51,12 %).
•Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %),
Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %),
Selera makan menurun (30,08 %),
Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PENDAHULUAN
Dalam lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah " suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia". Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan kliniK (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan (Yura and Walsh,1983) yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation)

LANDASAN HUKUM PENANGANAN LANJUT USIA
Filsafat Negara/P4
UUD 1945, pasal 27 ayat 2 dan pasal 34
UU No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan Bab I Pasal 1 ayat 1
UU No 4 tahun 1965, tentang pemberian Bantuan penghidupan orang tua
No.5 tahun 1`974, tentang pokok-pokok pemerintah di daerah
UU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.
Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974
Program PBB tentang lansia, anjuran kongres International WINA tahun 1983
GBHN 1983/Pelita IV
Keputusan Menteri Sosial RI No 44 tahun 1974, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Sosial Propinsi
UU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
UU No.11 tahun 1992 tentang dana pension
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
Ketetapan MPR
Keputusan Menteri Sosial RI No. 27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial Propinsi
Delapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatan
Hari Lanjut Usia Nasional yang di canangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29 Mei 1996 di Semarang
Undang Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Tahun Lanjut Usia Internasional tahun 1999
Sasaran WHO tahun 2000


BEBERAPA ALASAN TIMBULNYA PERHATIAN KEPEDA LANJUT USIA
Meliputi:
Pensiunan dan masalah-masalahnya
Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
Meningkatnya jumlah lanjut usia
Pencemaran pelayanan kesehatan
Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo
perkembangan ilmu:
Program PBB
Konfrensi Internasional di WINA tahun 1983
Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit
Mahalnya obat-obatan
Tahun Lanjut Uaia Internasional 1 Oktober 1999

KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANSIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Wreda maupun Puskesmas, yang diberikanoleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet)

Dekubitus merupakan keadaan yang dapat di cegah , namun bila telah terlanjur terjadi akan memerlukan perawatan khusus. Adapun pengertian dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
berkurangnya jaringan lemak subkutan
berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, factor intrinsic (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni:
Status gizi (bias underweight atau overweight)
Anemia
Adanya hipoalbuminemia
Adanya penyakit-penyakit neurologik
Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
Adanya dehidrasi

Factor ekstrinsik, yakni:
Kurang bersihnya tempat tidur
Alat-alat yang kusut dan kotor
Kurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat


Dekubitus dapat dibagi dalam 4 derajat, yakni:
Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Daerah yang tertekan nampak kemerah-merahan/eritema atau lecet saja
Derajat II: Reaksi lebih dalam sampai mencapai dermis bahkan sampai ke subkutan. Di sini tampak ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan ada perubahan pigmen kulit
Derajat III: Untuk menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung , berbatasan dengan fascia dari otot-otot: sudah dimulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV: Ulkus meluas sampai menembus otot sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang bias terinfeksi dan berakibat osteomelitus.

Bila sudah terjadi dekubitus , segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beikan tindakan medik dan keperawatannyasesuai apa yang dihadapi (Vander Cammen), 1991: My Kyta).

Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersuhkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di masase 2-3 kali/hari, dan dilakukan posisi tidur secara selang seling (miring kanan, terlentang dan miring kiri).

Dekubitus derajat II
Disini sudah terjadi ulkus yang dangkal: perawatan luka harus memperlihatkan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan di gosok-gosok dengan sedan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

Dekubitus derajat II
Ulkus yang sudah dalam, menggaung , atau cekung pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi: usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara / oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah kalau perlu dikompres karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di kunci dengan larutan NaCl fisiologis, dan kalau perlu diberikan antibiotic sistemik.

Dekubitus derajat IV
Ulkus meluas sampai pada dasar tulang dan sering pula disertai jarinagan nekretik maka semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan necrotic dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada luka, tindakan dengan ultrason untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempay. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat 40 %. Oleh karena itu, walaupun ulkus telah sembuh harus diperhatikan kemungkinan timbul kambuh di daerah tersebut.

Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan, misalnya: latihan menggerakkan sendi, perawatan pernafasar, dan otot-otot (Depkes, 1993Ib)

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat di cegah atau di tekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan , mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat prhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuuk klien lanjut usia yang masih aktifdapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku , kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanju usia dihadapka pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejanh, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin .

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan ayau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makanminum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan , tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran , beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badab, melindungi kulit dan keclakaan

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badanyang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usi agar mau dan menerima makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu , kebersihan badan , tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapatperhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan , hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, .

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia , harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melasanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya gangguan tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segal sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip " Tripple", yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dsarnya klien lanjut usia membutuhkan rsa aman dan cinta kasih saying dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawata.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunyya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peninngkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjuusia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan , perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

Pendekatan social
Mengadakan diskusi , tukar pikiran,dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan sosialisasi kereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misa jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.

Tidak sedikit klien tidak tidur terasa , stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbilkan kekecewaan , ketakutan atau ke khawatiran, dan rasa kecemasan .
Tidak jarang terjadi pertengkarav dan pperlahian diantara lanju usia , hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun ter hadap pepetugas yang secara langsunga berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia di Panti Wreda.


Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan kepuaran batinn dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pedekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian , DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul diakigatkan oleh persoalan keluargaperawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan dating agama atau kepercayaan sesorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapngkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)
menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan tmaupun akut)
Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit , masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
Peningkatan kesehatan (helth promotion)
Pencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

PENGKAJIAN
Tujuan:
Menentukan kemampuan klien untuk memlihara diri sendiri
Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek:
Fisik
Wawancara:
Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia: otot,sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BZAB/BAK
Kebiasaan gerak badan / olah raga/senam lanjut usia
Perubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakan
Kebiasaan lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuh
Pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:
Head to tea
Sistem tubuh

Psikologis
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis dalm memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan pada ssaat ini akan dating
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

Sosial ekonomi
Dari man sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luang
Dengan siapa dia tinggal
Kegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usia
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
Siap saj yang mengunjungi
Seberapa besar ketergantungannya
Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

Spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoa
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian dasar
Temperatur
Mungkin serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 C
Lebih teliti dperiksa di sublingual
Pulse (denyt nadi)
kecepatan, irama, dan volume
Aplika, radial, pedal

Respirasi
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan
Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
BB hilang pada tahun-tahun terahir
Tingkat orientasi
Memory (ingatan)
Pola tidur
Penyesuaian psikososial


Sistem persyarafan
Kesimetrisan raut wajah
Tingkat kesadaran adanya perubahan dari otak
Mata: kejelasan melihat, adanya katarak
Pupil: kesamaan, dilatasi
Ketajaman penglihatan penurunan karena menua
Gangguan sensori (sensory deprivarion)
Ketajaman mendengaran
Adanya sakit dan nyeri

Sistem kardiovaskuler
status gizi
pemasukan diet
anoreksia, tidak direka , mual, dan mulut
mengunyah dan menelan
keadaah gigi, rahang, mual muntah
auskultasi bising usus
palpasi apakah perut kembung dan perlebatran kolon
apakah ada kondstipakl

Siatem gastrointertinal
warna dan bau urine
Distensi kandeng kemih, inkontinensia
Frekuensi, tekanan, atau desakan
Pemasukancairan dan pengeluarkan cairan
Disuria
Seksualitas.

Sistem kulit
Kulit
temperature, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbakar, robekan
Turgor
Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan kuku
Keadaan rambut
Adanga ganttuan umu

Sistem musculoskeletal
Kontraktur
atrofi otot
mengecilkan tendo
ketidakadekuatannya gerakan sendi
tingkat mobilisasi
ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
keterbatasan gerak
kekuatan otot
kemampuan melangkah atau berjalan
gerakan sendi
paralysis
kifosis

Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
Fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik/Biologis
Gangguan nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adequate
Gangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
Kurangnya perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri
Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh
Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan nafas
Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi

Psikososial
Isolasi social b/d perasaan curiga
Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu
Depresi b/d isolasi social
Harga diri rendah b/d perasaan ditolak
Coping tidak adequate b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat
Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas

Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka cita b/d ditinggal pasangan
Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidakstabilan menghadapi kematian
Marah terhadap tuhan b/d kegagalan yang dialami
Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat


RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
Bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lainnya
Tentukan prioritas :
Klien mugkin puas dengan situasio demikian
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
Cegah timbulnya masalah-masalah
Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan
Tulis semua rencana jadwal


Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselamatan
Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan keseimbangan istirahat/tidur
Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia :
Penurunan alat penciuman dan pengecap
Mengunyah kurang sempurna
Gigi yang tidak lengkap
Rasa penuh pada perut dan susah BAB
Melemah otot lambung dan usus
Masalah gizi yang timbul pada lansia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin

Kebutuhan Nutrisi pada lansia :
Kalori pada lansia :
Laki – laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai penyakit demam.
Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkan
Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkan
Vitamin dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia muda
Air, 6-8 gelas perhari

Rencana makanan untuk lansia
Berikan makanan porsi kecil tapi sering
Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
Berikan makanan yang mengandung serat
Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
Membatasi minum kopi dan teh

Meningkatkan keamanan dan Keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia :
Fleksibilitas kaki yang kurang
Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun
Pencahayaan yang kurang
Lantai licin dan tidak rata
Tangga tidak ada pengaman
Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
Tindakan Mencegah Kecelakaan :
Klien/Lansia :
Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan
Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalan
Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menmggunakan obat penenang /diuretic
Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
Usahakan ada yang menemani, jika berpergian.

Lingkungan
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat
Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi