Rabu, 08 Mei 2013

1. Keperawatan Medikal Bedah


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).
Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini:
Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru
Menggunakan scientific Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).
Berlandaskan Etika Keperawatan 
Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan)
Konsep Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
10 Faktor Asuhan dalam Keperawatan :
1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan dengan :
- mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
- memfalitasi untuk optimis
- percaya dan penuh harapan
3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.
5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

Kekuatan dalam Asuhan :
1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan
Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
4. Aspek penyembuhanà Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.

1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

2. Peran Sebagai Edukator
Peran ini dilakukan untuk :
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
3. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- merencanakan
- mengorganisasikan
- mengarahkan
- mengontrol
3. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
4. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
5. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan Lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
Fungsi Perawat :
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
Keperawatan
Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg menncakup seluruh proses kehidupan manusia

Keperawatan Medikal Bedah
Pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.


Pelayanan Keperawatan Berupa BANTUAN Diberikan Dgn Alasan
1. Kelemahan fisik
2. Kelemahan mental
3. Masalah psikososial
4. Keterbatasan pengetahuan
5. Ketidakmampuan dan ketidakmauan melakukan kegiatan sehari-hari sec mandiri akibat gangguan patofisiologis(CHS, 1992)
4 (empat) Karakteristik Esensial Dlm Mewujudkan Yankep Yg Profesional
1. Berdasarkan Ilmu Keperawatan yg kokoh
2. Berorientasi pd pelayanan yg berkualitas
3. Mempunyai Kode etik
4. Menunjukkan Otonomi profesi

Inti Praktek Keperawatan Adalah
Pemberian Asuhan Keperawatan kepada KLIEN

Fenomena Keperawatan
Penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual) mulai dr tingkat individu utuh sampai pada tingkat masyarakat yg tercermin pd tingkat terpenuhinya kebut. dasarpd tk.sistem organ fungsional sampai subseluler.
Kegiatan Perawat utk mengatasi fenomena tersebut:
1. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya
2. Mencegah komplikasi, meningkatkan kesehatan klien
3. Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien
4. Membantu klien untuk mandiri
5. Membantu klien mencapai aktualisasi diri

Hubungan Perawat Klien yg spesifik ( Peplau, 1990) berdasarkan pada:
1. Penumbuhan hubungan saling percaya
2. Penghargaan atas harkat dan martabat klien
3. Teknik Pemecahan masalah
4. Hubungan Kolaborasi
5. Memanfaatkan teknologi dg tepat & efisien
6. Dokumentasi yg memadai dan akurat

4 (empat) Komponen Dalam Praktek Keperawatan Profesional
1. Klinik ( aplikasi pengetahuan)
2. Riset ( pengembangan pengetahuan)
3. Administrasi ( pemanfaatan pengetahuan)
4. Pendidikan ( transmisi pengetahuan)

Sikap Perawat Profesional
Perilaku Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang merupakan integrasi dari aspek intelektual, teknikal dan hubungan antar manusia serta etika profesi
Sikap perawat utk mencapai hubungan perawat - klien yang efektif :
1. Acceptance ( menerima)
2. Sensitif
3. Empati
4. Trust ( percaya)
Prinsip - Prinsip Moral Dlm Praktek Keperawatan
1. Autonomy
2. Beneficience
3. Justice
4. Fidelity ( setia)
5. Veracity (kejujuran)
6. Avoiding killing

Fungsi Kode Etik Keperawatan
1. Memberi dasar dlm mengatur hubungan perawat , klien, tenaga kes. Lain, masyarakat dan profesi keperawatan
2. Memberi dasar dlm menilai tindakan keperawatan
3. Memberi dasar dlm membuat kurikulum pendidikan keperawatan
4. Membantu masy utk menget. Pelaks yankep yg benar

Kode Etik Keperawatan di Indonesia
1. Tanggung jawab Perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat)
2. Tanggung jawab Perawat thd Tugas
3. Tanggung jawab Perawat thd Sesama perawat dan anggota profesi lain
4. Tanggung jawab Perawat thd Profesi Keperawatan
5. Tanggung jawab Perawat thd Pemerintah, bangsa dan tanah air

Klien Kasus Medikal Bedah ?
The Adult Client
1. Young Adult : 18 - 40 Th ( Ind : 21 Th)
2. Middle Adult : 40 - 65 Th
3. Older Adult : > 65 Th

Kasus Medikal Bedah?
1. Berbagai penyakit dgn penyebab:
2. Trauma
3. Keganasan
4. Gangg. Sistem imun
5. Gangg. Fungsi organ
6. Degeneratif /penuaan

Masalah kesehatan utama pada dewasa tengah (Menurut Ruth Lincolin) :
1. Penyakit kardiovaskuler
2. Penyakit paru-paru
3. Reumatoid artritis
4. Kanker
5. Obesitas
6. Alkoholism
7. Kecemasan dan depressi

Dasar Pengetahuan Yang Harus Dimiliki Perawat Profesional
1. Konsep sehat - sakit
2. Konsep manusia dan kebut. Dasar manusia
3. Patofisologi penyakit
4. Konsep stres – adaptasi
5. Tugas perkembangan usia dewasa
6. Proses keperawatan dan penerapannya
7. Komunikasi terapeutik
8. Konsep kolaborasi & manajemen keperawatan

Petugas Kes. Lain
Perawat
Dokter
PasienModel Praktek Tradisional
Model Praktek Kolaboratif
Dokter
Pasien
Perawat Profesional
Petugas Kesh. Lain
Kasus
An. X  usia 11 tahun.  Datang ke rumah sakit dengan keluhan bersin-bersin, hidung tersumbat dan hidung terasa gatal. Awalnya pasien mengira hal tersebut merupakan pilek biasa, tapi ternyata pileknya tidak sembuh-sembuh. Ibunya mengatakan bahwa anaknya  juga sering mengalami sulit tidur  karena sulit bernapas, dan tak jarang menganga ketika kesulitan bernapas. Dari pemeriksaan fisik ketika diinspeksi kulit tampak berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah. Ketika dipalpasi An.X  merasa nyeri karena ada inflamasi. Setelah dilakukan pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum didapatkan sekret hidung jernih, membran mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish). Dan dari hasil tes laboratorium (pemeriksaan sekret) terdapat sel eusinofil meningkat > 3 %.
Diagnosis
Berdasarkan data yang ada dapat ditegakkan diagnosis sebagai berikut:
1.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau adanya sekret yang mengental.
2.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
3.      Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis.
4.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Intervensi

No.Dx   INTERVENSI        RASIONAL
1.            -    Mengkaji penumpukan sekret yang ada-    Memberikan obat decongestan (pseudoefedrin 3×60 mg)
-    Mengobservasi tanda-tanda vital ( jika diperlukan)
-    Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya-    untuk mengurangi sumbatan pada hidung agar nafas efektif
-    Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
2.            -    Mengkaji kebutuhan tidur klien-    Menciptakan suasana yang nyaman
-    Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
-    Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur-    Agar klien dapat tidur dengan nyenyak
-    Pernafasan dapat efektif
3.            -    Mengkaji tingkat kecemasan klien-    Memberikan kenyamanan dan memperlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh tangan klien)
-    Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
-    Mengobservasi tanda-tanda vital
-    Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
-    Untuk menentukan tindakan selanjutnya-    Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
-   Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
-    Mengetahui perkembangan klien secara dini
-    Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
4.            -    Memberikan obat antihistamin (cetirizine 10 mg 1×1)-    Memotivasi klien  untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
-    Memotivasi individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
-    Untuk menghambat histamin-    memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaaki kesalahan konsep
-    dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
KONSEP RHINITIS ALERGIKA
Definisi dari beberapa literatur :
-    Rinitis alergi adalah penyakit atau kelainan yang merupakan manifestasi klinis reaksi hipersensivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran.
-    Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen ang sama serta dilepskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).
-    Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh lg E.
-    Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 )
-    Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung (Dipiro, 2005 ).
-    Rinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE. Respons hidung terhadap stimuli dari luar diperankan pertama-tama oleh mukosa kemudian baru oleh bentuk anatomi tulang. Fungsi utama hidung adalah untuk saluran udara, penciuman, humidifikasi udara yang dihirup, melindungi saluran napas bawah dengan cara filtrasi partikel, transport oleh silia mukosa, mikrobisidal, antivirus, imunologik, dan resonan suara. Reaksi mukosa hidung akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi, bersin, dan rasa gatal. Bila tidak terdapat deformitas tulang hidung maka sumbatan hidung disebabkan oleh pembengkakan mukosa dan sekret yang kental. Penelitian epidemiologik memperlihatkan bahwa penyakit alergi dapat diobservasi mulai dari waktu lahir sampai kematian. Sesuai dengan umur penderita,  dapat dibedakan penampakan dan lokalisasi jenis alergi (Indonesian children, 2009)
Ø  Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
1.      Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
2.      Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Ø  Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
1.      Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
2.      Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Ø  Berdasarkan sifat berlangsungnya, rhinitis alergi dibedakan atas :
1.      Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)
Hanya ada pada negara dengan 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur.
2.      Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Gejala keduanya hampir sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda. Gejala rinitis alergi sepanjang tahun timbul terus-menerus atau intermitten. Meskipun lebih ringan dibandingkan rinitis musiman, tapi karena lebih persisten, komplikasinya lebih sering ditemukan. Dapat timbul pada semua golongan umur, terutama anak dan dewasa muda, namun berkurang dengan bertambahnya umur. Faktor herediter berperan, sedangkan jenis kelamin, golongan etnis, dan ras tidak berpengaruh (Mansjoer Arif, dkk, 2001).
Ø  Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
1.      Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
2.      Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.
3.      Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.
4.      Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1.      Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2.      Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3.      Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
Manifestasi Klinis :
1.      Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2.      Hidung tersumbat.
3.      Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4.      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5.      Badan menjadi lemah dan tak bersemangat

Masalah Penelitian dalam Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Lingkup masalah penelitian Ilmu Keperawatan Medikal Bedah difokuskan pada asuhan Keperawatan melalui pendekatan proses Keperawatan. Topik masalah didasarkan pada gangguan sistem tubuh yang umum terjadi pada
klien dewasa.

Sistem kekebalan tubuh, meliputi:

pengaruh program latihan fisik secara teratur terhadap fungsi imunitas
pengaruh pemberian vitamin terhadap peningkatan populasi leukosit tertentu
hubungan antara berfikir positif dengan fungsi imunitas
tindakan pengurangan nyeri apakah yang paing efektif pada nyeri sendi
apakah ada perbedaan kebutuhan psikososial pada klien HIV pada berbagai stadium
keefektifan intervensi nonfarmakologi dalam mengurangi mual dan muntah pada klien kanker
Sistem respirasi dan oksigenasi, meliputi:

pengaruh frekuensi perawatan trakeostomi terhadap rata-rata kejadian infeksi
frekuensi kejadian aspirasi pada klien kanker kepala leher
tindakan keperawatan
apa yang paling efektif untuk mengurangi dispnea pada klien dengan
gangguan pernafasan bawah
apakah metode pengukuran sesak nafas dapat
diterapkan pada klien kritis dan kronis

bagaimana keefektifan
strategi khusus untuk mengurangi sesak seperti relaksasi, latihan, koping atau strategi perawatan diri sendiri
strategi apakah yang
paling efektif untuk mengurangi sesak
Sistem kardiovaskuler, meliputi:

keefektifan persiapan kulit terhadap!penepatan elektroda untuk memperkecil artefak
pengaruh prosedur keperawatan tertentu terhadap disritmia
keakuratan teknik pengukuran tekanan darah di berbagai letak
apakah ada perbedaan manifestasi penyakit koroner antara pria dan wanita
bagaimana faktor risiko penyakit arteri koroner pada klien dengan penyakit vaskular
cara yang terbaik apakah yang dapat membantu merubah kebiasan gaya hidup klien
untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler
apakah metode terapi oksigen nasal atau masker lebih efektif untuk mempertahankan keadekuatan nilai PaO2
mengapa perdarahan lebih banyak terjadi pada wanita setelah terapi trombolitik
apakah terapi relaksasi lebih efektif daripadi imajinasi termbimbing dalam
pengendalian mual pada klien kemoterapi
apakah pendidikan
meningkatkan ketaatan pada sejumlah klien dengan penyakit jantung
Sistem persarafan, meliputi:

alat pengkajian neurologi apa yang paling sesuai untuk mengkaji neurologi secara cepat
intervensi Keperawatan apakah yang paling baik untuk mencegah gelisah dan agitasi pada klien
dengan penyakit Alzheimer
efek frekuensi pengisapan pada klien trauma
kepala terhadap peningkatan TIK
alat pengkajian apakah yang paling
baik untuk deteksi dini penurunan kesadaran
kombinasi intervensi apa yang terbaik pada klien dengan nyeri akut setelah pembedahan
apakah sifat Perawat menentukan intervensinya pada klien yang mengalami nyeri
intervensi Keperawatan nonfarmakologi apa yang dapat membantu mengurangi nyeri dan kecemasan klien
intervensi Keperawatan apa yang dapat mengurangi nyeri selama prosedur penggantian balutan
Sistem perkemihan, meliputi:

apakah modifikasi pendidikan dan diet menghambat serangan gagal ginjal
perbedaan stressor psikologi dan
stressor fisiologi pada klien hemodialisis dan dialisis peritoneal,
metode koping apakah yang paling efektif atau yang lazim digunakan
pada klien gagal ginjal atau hemodialisis
Sistem pencernaan, meliputi:

metode apakah yang efektif untuk mengurangi nyeri stomatitis
adakah peran pengelolaan stress dan
pengobatan stomatitis

hubungan antara ketaatan diet, minum antasida dan perubahan gaya hidup terhadap serangan tukak peptik
peran Perawat
dalam membantu penyesuaian klien terhadap ostomi
pengaruh intervensi Keperawatan klien hepatitis yang mengalami isolasi sosial
intervensi Keperawatan apa yang paling baik untuk mengurangi gatal disertai ikterus
intervensi Keperawatan apa yang paling baik untuk mencegah diare pada klien yang memperoleh tube feeding
Sistem endokrin, meliputi:

keefektifan biaya pada pemberian terapi antitiroid dan pengobatan tetap iodin
kondisi yang paling tepat untuk penyimpanan insulin
apakah penggunaan ulang spuit insulin mengontaminasi insulin dan apa efek metabolismenya
Sistem sensori persepsi, meliputi:

adakah perbedaan mekanisme koping pada klien penurunan penglihatan akut dan kronis
apakah klien dengan
penurunan penglihatan mengalami risiko isolasi sosial selama
hospitalisasi
pengetahuan klien tentang obat yang mempengaruhi
pendengaran
Sistem muskuloskeletal, meliputi:

intervensi Keperawatan apa yang paling sesuai pada klien dengan frustasi dan depresi akibat
imobilisasi dan hospitalisasi yang berkepanjangan
Lanjut Usia, meliputi:

teknik pengkajian spesifik apakah yang merefleksikan status hidrasi pada klien lanjut usia
apakah pendekatan video pada penyuluhan penghitungan asupan natrium efektif pada populasi lanjut usia
Source: Source:

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Berman, Audrey, Snyder, Shirlee J., Kozier, Barbara, & Erb, Glenora. (2008). Fundamental of nursing: Concepts, process, and practice. 8th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Related Articles:


Keperawatan Medikal Bedah
PENDAHULUAN

            Keperawatan adalah profesi unik, profesi yang menangani respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan, dan secara esensial menyangkut kebutuhan dasar manusia, ini menempatkan  art and science  sama pentingnya.
Teori dan keterampilan keperawatan   diaplikasikan pada manusia kadang-kadang kurang bias diprediksi (hasilnya). Ini terjadi bukan karena sains keperawatan tidak precise tetapi lingkup garapan keperawatan adalah respon manusia dan tidak ada ketentuan bahwa  perilaku manusia akan sama dihadapkan pada stimulus yang sama. Human side  dari keperawatan inilah yang disebut  art  atau kiat.

Nursing art berkenaan denagn ketrampilan-ketrampilan tehnis atau prosedur-prosedur tertentu sebagai bagian dari upaya keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatannya dan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perawat harus dapat mengkaji kapan suatu data menjadi indikasi adanya masalah, dan perlakuan seperti apa untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karenanya tehnik problem solving yang dikenal dengan proses keperawatan harus dikuasai karena ini merupakan bagian integral dari praktek keperawatan.

Keperawatan pada dasarnya adalah  human science and human care ; dan caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985)

Konsep-konsep diatas , human science and human care   dan   atau  art and science
Hanya akan dikenal dan dirasakan konsumen keperawatan melalui perwujudan praktek keperawatan, dan untuk itu dibutuhkan  telaah  tentang lingkup  lingkup praktek keperawatan. Pada tulisan kali ini dikemukakan telaah lingkup praktek  keperawatan medikal-bedah:substansi praktek keperawatan, lingkup intervensi dan konsekwensi profesionalnya.


KEPERAWATAN DAN PRAKTEK KEPERAWATAN

            Keperawatan sebagaimana dirumuskan oleh  American Nurses Association (1980), adalah  Diagnosis and treatment of human responses to actual or potential health problem, rumusan ini menekankan bahwa dalam  keperawatan  dibutuhkan aktifitas untuk menelaah kondisi klien/pasien, menyimpulkan respon klien terhadap masalah yang dihadapinya; serta menentukan perlakuan keperawatan yang tepat untuk mengatasinya.
ICN (1987) merumuskan nursing sebagai

       NURSING  encompasses autonomous and collaborative care of individuals of all ages
      ,family, groups and communities, sick or well and in all settings. Nursing includes the      
      promotions of health, prevention of illness and the care of ill, disable and dying people.
     Advocacy,promotion of save environment, research, participation in shaping health 
     Policy  and in patient and health system management, and education are also key
     Nursing roles.

            Rumusan diatas menuntun makna bahwa  intervensi keperawatan terhadap klien dilakukan secara otonom atau kolaboratif  dengan lingkup intervensi nya adalah upaya-upaya promotif, preventif, restoratif dan rehabilitatif serta pendampingan klien dalam menghadapi kematian; melalui aktifitas-aktifitas pendampingan klien,mengupayakan lingkungan yang aman bagi klien, penelitian dan terlibat dalam menentukan kebijakan kesehatan yang menyangkut  kepentingan pasien dan system kesehatan serta pendidikan.
Sedangkan OREM (2001) mendiskripsikan keperawatan keperawatan sebagai

       Nursing has its  special concern mans need for self-care action and the provision and
      maintenance of it on a continuous basis in order to sustain life and health, recover
      from disease and injury and  cope with their effects. The condition that validates the
     existence of  a requirement for nursing in an adult is the absence of the ability to
    maintain  ………….self-care.

            Dari deskripsi diatas, Orem menekankan pentingnya tindakan intervensi untuk mengutamakan kebutuhan seseorang akan  self-care nya dan upaya yang terus menerus untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya, pulih dari penyakit dan trauma serta mengatasi dampaknya. Pada orang dewasa  bantuan keperawatan dibutuhkan bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan selfcare nya sehingga ybs tidak lagi dapat mempertahankan kondisi sehat, mengatasi penyakit dan dampak trauma.

       Dari  3 deskripsi tentang keperawatan diatas, dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur penting dalam keperawatan adalah ;
·    Respon manusia terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial
    merupakan fokus telaahan keperawatan
·    Kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan upaya pemenuhannya
          merupakanlingkup garapan keperawatan
·    Ketidak mampuan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self-care
    deficit)  merupakan basis intervensi keperawatan , baik itu terjadi karena  
    meningkatnya  tuntutan akan kemandirian atau menurunnya kemampuan untuk dapat
    memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
·    Meningkatnya tuntutan atau menurunnya kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan
    dasarnya dipengaruhi oleh fluktuasi kondisi ( sepanjang rentang sehat-sakit ) pada
    tugas perkembangann tertentu ( sepanjang daur kehidupan)
.
Unsur-unsur penting dalam keperawatan tersebut sejalan dengan paradigma keperawatan yang menempatkan  manusia sebagai  core/focus sentral  , sehingga siapapun dan bagaimanapun kondisi klien harus tetap diperlakukan secara manusiawi.


PRAKTEK KEPERAWATAN

          Praktek keperawatan  adalah perwujudan profesi, dalam hal ini adalah hubungan professional  antara perawat-klien yang didasarkan pada kebutuhan dasar klien, intervensi keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar klien tersebut didasari oleh penalaran legal etis disertai dengan pendekatan yang manusiawi (humane). Intervensi tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan klien, dengan atau tanpa kolaborasi denagn profesi kesehatan lain sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

            Intervensi  (perlakuan) keperawatan dapat diwujudkan melalui  upaya-upaya  promotif yaitu membantu seseorang baik  yang sehat maupun disable untuk  meningkatkan level of
Wellness;  preventif dalam hal ini adalah mencegah penyakit  dan atau kecacatan, restoratif & rehabilitatif  adalah  asuhan selama kondisi sakit dan upaya pemulihannya, serta consolation of the dying  yaitu pendampingan bagi klien yang menghadapi kematian
sehingga dapat melalui fase-fase kematian secara bermartabat dan tenang .

            Jadi, praktek keperawatan merupakan serangkaian proses yang humanistic untuk melakukan  diagnosis  terhadap  respon klien dalam menghadapi masalah kesehatan dan dampaknya terhadap terpenuhi tidaknya kebutuhan dasarnya, menentukan perlakuan keperawatan yang tepat melalui bantuan keperawatan  baik bersifat total, parsial atau suportif-edukatif, menggunakan pendekatan proses keperawatan dan berpedoman pada standar asuhan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawabnya .


LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH

Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.


LINGKUP KLIEN

Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi pada penegmbangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien yang ditangan, dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting, sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”


LINGKUP GARAPAN KEPERAWATAN
        
            Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu pada “focus telaahan – lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan seperti telah dibahas pada bagian awal tulisan ini.
Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan.
          Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan keganasan dan kondisi terminal.



Lingkup Garapan
          Lingkup garapan keperawata  adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan intervensinya. Berangkat dari focus telaahan keperawatan medikal bedah diatas, lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya.
            Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai dan  modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berfikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan). Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan keterampilan teknis dan telaah legal etis.


Basis Intervensi
            Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang sudah diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan  klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. (Self care deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan  antara tuntutan kebutuhan (Self – care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (Self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu karena kebuthan akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis, teknis dan telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.
KONSEKUENSI PROFESIONAL
            Menutup sementara tulisan ini ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi kpeerawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup garapan dan basis intervensi area keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
§      Standar performance untuk acuan kualitas asuhan
§      Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi
§         Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi  jaminan kemanan  bagi pengguna jasa keperawatan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar