Rabu, 08 Mei 2013

4. Keperawatan Jiwa


KONSEP KEPERAWATAN JIWA


Pengertian Keperawatan Jiwa
a. Menurut American Nurses Associations (ANA), keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

b. Menurut WHO, Kesehatan  Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.

c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966, kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

Ruang lingkup Kesehatan Jiwa
Masalah gangguan jiwa (PPDGJ III/ICD 10)
Masalah psikososial (gelandangan psikotik, anak jalanan, penyalahgunaan napza, tindak kekerasan sosial, dll)
Masalah perkembangan manusia harmonis dan peningkatan kualitas hidup (siklus hidup: menikah, usila; penyakit menahun; pemukiman sehat; pindah tempat tinggal)

Peran Keperawatan Jiwa
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.

Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.

Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan

Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini. Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.

Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
    Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
    Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
    Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
    Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
    Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
    Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
    Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.

Prinsip-Prinsip Keperawatan Jiwa
    Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
    Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
    Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
    Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
    Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
    Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
    Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
    Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
    Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
    Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
    Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).


Langkah Kerja Keperawatan Jiwa
Langkah Pertama: menyusun Latar Belakang
Contohnya seperti ini:
Kelompok adalah suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, inteleransi, interdependensi dan saling membagikan norma sosial yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).  Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Keliat, 2005)

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997). Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)

Langkah Kedua: Membuat Tujuan Kegiatan

a.      Tujuan Umum

Contoh: setelah 40 menit klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, diharapkan klien mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasinya

b.      Tujuan Khusus

Contoh:

Klien mampu mengenal halusinasinya
Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
Klien dapat memahami dan memperagakan cara menghardik halusinasi, cara mengobrol dan dengan melaksanakan kegiatan yang sering dilakukan
c.       Tujuan Hari ini

Contohnya: Klien mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik

 Langkah Ketiga: Kriteria Klien

Memilih klien yang akan ikut serta dalam TAK. Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:

Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori; halusinasi.
Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
Langkah Keempat: Menyiapkan Media

Contoh: Saya memakai media sebagai berikut:

Kertas flipchart (lembar balik) sebagai penjelasan materi terlebih dahulu
Kursi/ tempat duduk. TAK yang dilakukan di outdoor
Tape/HP untuk musik
Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya)
Langkah Kelima: Metode apa yang akan dipakai?

Diskusi dan tanya jawab
Bermain peran/simulasi
 Langkah Keenam: Membuat Uraian Struktur Kelompok

Contoh:

Tempat                        : Ruang Kutilang RSJ Cimahi, Bandung
Hari/Tanggal            : Kamis, 10 Mei 2012
Waktu                           : 10.00 WIB – 10.40 WIB
Durasi                          : 40 menit
Strategi
Menjelaskan cara, tata tertib dan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
Klien dapat mengenal dan mengontrol halusinasi
Pengambilan kesimpulan
Evaluasi
Langkah Ketujuh: Menyusun Pengorganisasian

Contoh:

a.      Nama klien

Tn. M
Tn. L
Tn. D
Tn. A
Tn. O
Nama cadangan:

Tn. J
 b.      Struktur dan Tugas


Leader : DASA TISNA ASYARI

Tugas:

Memimpin jalannya TAK
Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
Mengarahkan proses TAK ke arah pencapaian tujuan dengan cara memotivasi kepada anggota kelompok untuk terlibat dalam kegiatan
Menetapkan tata tertib dan kontrak waktu
Co leader: DIAN PERTIWI

Tugas:

Membuka dan menutup acara diskusi
Mendampingi leader dan membantu tugas leader
Mengambil alih tugas leader bila leader pasif (blocking)
Menyampaikan informasi dari fasilitator leader atau sebaliknya
Mengingatkan leader jika kegiatannya menyimpang
Menyerahkan kembali posisi kepada leade
Fasilitator: ANNISA SURYA, ARIS MUNAWAR, DENI JANUANDRI, DODI S

Tugas :

Memfasilitasi  klien dalam kegiatan TAK
Mempertahankan keikutsertaan klien dalam kegiatan
Mengarahkan dan memotivasi klien untuk berdiskusi
Mencegah gangguan atau hambatan terhadap jalannya kegiatan
Memberi stimulus kepada anggota yang kurang aktif
Ikut serta dalam kegiatan kelompok dan berperan sebagai role model bagi klien sebagai proses aktivitasi kelompok
Observer: AKIM ZENAL HAKIM, DAMAYANTI UTAMI

Tugas:

Mencatat serta mengamati proses jalannya TAK dari awal sampai akhir (dicatat pada format yang tersedia)
Memberikan penilaian pada klien selama terapi berlangsung
Memberikan umpan balik terhadap proses kegiatan mulai dari persiapan sampai acara selesai
Menyampaikan hasil observasi pada kelompok
Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan
Langkah Kedelapan: Menjelaskan Uraian Tugas Pelaksana

Sesuai dengan fase komunikasi terapeutik:

a.      Fase Pra-Interaksi: 5 menit

Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b.      Fase Orientasi: 10 menit

Salam tarapeutik
° Salam dari terapis kepada klien

° Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

°Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )

Evaluasi/validasi
° Menanyakan perasaan klien saat ini

° Terapis menanyakan pengetahuan dan pengalaman mengenai halusinasi

Kontrak
° Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal halusinasi dan cara mengontrol halusinasinya

° Menjelaskan aturan main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. Lama kegiatan 40 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

c.       Fase Kerja: 25 menit

Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal halusinasi tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, perasaan klien pada saat terjadi dan cara mengontrol halusinasi yang klien mampu.
Klien menyusun angka dan huruf yang terbuat dari karton sesuai dengan kata yang diinginkan. Bagi klien yang tidak selesai pada waktunya maka akan menerima hukuman. Kemudian terapis meminta klien menceritakan isi halusinasinya, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi perasaan klien saat halusinasi, dan cara klien mengontrol halusinasinya.
Beri pujian setiap klien selesai cerita
Terapis menjelaskan kembali cara mengatasi halusinasi yang benar ketika saat halusinasi muncul
Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara mengatasi  halusinasi ketika mendapat giliran
Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan setiap klien memperagakan cara mengatasi halusinasi
d.      Fase terminasi: 5 menit

Evaluasi
° Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK

° Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

Tindak lanjut
° Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi halusinasi

° Terapis mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika halusinasi muncul

°  Memasukkan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian klien

Kontrak yang akan datang
° Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

° Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

Langkah Kesembilan: Menetukan Target Perilaku yang Diharapkan

a.      Persiapan

Terapis atau perawat
° Identifikasi masalah klien  sebelum terapi dimulai

° Mempersiapkan sarana dan prasarana

° Menentukan waktu kegiatan

Peserta
° Klien siap mengikuti TAK

°  Mematuhi tata tertib yang telah ditentukan

b.      Proses

Terapis atau kelompok

Melaksanakan TAK sesuai perencanaan
Terapis mengantisipasi hal yang tidak dikehendaki selama TAK berlangsung
Memotivasi klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan TAK
c.       Hasil

Terapis dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai tujuan
Klien dapat menceritakan kembali isi halusinasinya, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat halusinasi
Klien dapat menangkap materi sesuai tujuannya
Klien dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan tujuan terapis aktivitas kelompok
Langkah Kesepuluh: Jangan Lupa Membuat Tata Tertib Pelaksanaan TAK

Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai selesai
Berpakaian rapi dan bersih
Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan
TAK berlangsung selama 40 menit dari pukul 10.00 sampai 10.40 WIB
Sebelum acara dimulai yang ingin kebelakang untuk BAB dan BAK dipersilahkan kekamar mandi dahulu
Anggota kelompok wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai
Peserta dan anggota kelompok tidak diperkenankan untuk makan dan minum, merokok selama acara berlangsung
Langkah Kesebelas: Tindakan Antisipasi Jika terjadi hal yang tidak diinginkan!

Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir maka akan diganti oleh cadangan yang telah dipersiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu pada peserta
Bila ada peserta yang tidak mentaati tata tertib diperingatkan dan jika tidak bisa diperingatkan maka harus keluar dari kegiatan setelah dilakukan penawaran
Bila ada anggota yang ingin keluar dibiarkan dan diminta persetujuan dan anggota kelompok yang lain.
Bila ada kelompok yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa di arahkan terpaksa harus dikelurkan dari kelompok terapi
Bila peserta pasif, leader memotivasi klien dengan dibantu oleh fasilitator.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar